Sumber: Pixabay.com |
Lantas seperti apa liburan sebenarnya? Jawabannya
adalah kalian sendiri, mau mengartikan seperti apapun, liburan adalah hal
menyenangkan. Kesenangan ini perlahan menghilang secara drastis akibat satu
wabah yang melanda setiap negeri. Itulah Corona, momok menakutkan sekaligus
menghancurkan segala macam kesenangan seseorang.
Kalian pasti mengenal apa itu Corona. Wabah ini menjadi
bahasan baru selama berbulan-bulan. Hingga saat ini pun masih belum ada
kejelasan bagaimana cara mengatasi wabah tersebut. Hampir 5 bulan wabah ini
melanda Indonesia, dengan jumlah kasus yang terus meningkat tiap harinya. Terdapat
dampak baik dan buruk atas ulah yang mereka lakukan.
Misalnya untuk pariwisata dalam negeri. Berbicara wisata
sama halnya dengan corona, tiap hari tempat wisata bukannya membaik malah
membludak dikunjungi wisatawan. Imbasnya, infrastruktur hancur begitupun
ekosistem yang ada. Satu demi satu menghilang atas ulah para pengunjung tanpa
mempedulikan nasib mereka.
Memang bagus buat para pengelola wiata, mereka
memperoleh pendapatan terus menerus karena banyaknya pengunjung yang
berdatangan. Namun tugas mereka juga semakin berat untuk merawat seluruh
fasilitas yang mulai rusak. Fasilitas masih bisa diperbaiki, lantas bagaimana
mengenai ekosistem yang punah? Hancur? Hilang? Lebih-lebih terlihat kumuh
ketika dipandang.
Beruntungnya wabah ini betah bertahan hingga
berbulan-bulan lamanya. Bayangkan, selama 5 bulan tempat wisata nihil didatangi
seseorang. Ini adalah sisi baik dari tempat wisata untuk memulihkan kembali
seperti kondisi normal. Kita haruslah sadar, bahwa campur tangan manusia telah
mengubah segalanya.
Meskipun perbuatan tersebut terbilang sepele, namun
jika terus berulang akan berdampak buruk pula terhadap lingkungan. Satu dua orang
masih bisa dimaklumi, bagaimana jadinya ketika 100 orang perhari melakukan
kesalahan serupa. Tidak heran jika ekosistem perlahan hilang, karena merasa
tidak nyaman lagi ketika hidup disana.
Pengelola wisata gunung semeru adalah contoh baik
yang patut diapresiasi. Terdapat bulan-bulan tertentu dimana pengunjung tidak
diperbolehkan masuk. Ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali ekosistem yang
rusak dijamah manusia. Indahnya jika seluruh pariwisata menerapkan kebijakan
semacam itu. Baik itu wisata alam ataupun wisata keluarga cipataan seseorang.
Setiap wisata perlu ada masa rehabilitasi untuk
mengembalikan kondisi normal atas segala kerusakan. Masa tersebut tidak cukup
dilakukan satu malam, butuh waktu lama tentunya. Selepas corona inilah, kalian
bisa menyaksikan sendiri bagaimana kondisi alam yang indah layaknya awal
didirikan.
Wisata pasca corona adalah sasaran utama setiap
orang nantinya. Satu pesan untuk semua, cintailah alam kalian layaknya rumah
sendiri. Hilangkan kebiasaan buruk yang tidak bermanfaat. Kalian pasti senang
bukan ketika melihat tempat wisata yang nyaman? Tidak ada sampah? Penghijauan tumbuh
sehat? Nuansa alam segar? Apalagi birunya lautan yang murni tanpa tercemar
limbah apapun.
No comments:
Post a Comment